Apabila ada huruf mim atau nun yang bertasydid harus dibaca

Makalah: Hukum Bacaan Mim dan Nun Bertasydid (Ghunnah)

A. Pendahuluan

Dalam Al-Qur'an, terdapat beberapa hukum bacaan yang perlu dipahami dan dipraktikkan agar terhindar dari kesalahan bacaan dan tafsir. Salah satu hukum bacaan yang penting untuk dipelajari adalah hukum bacaan mim dan nun bertasydid (ghunnah).

Mim dan nun bertasydid adalah dua huruf hijaiyah (huruf Arab) yang terdapat tasydid (tanda baca berupa dua titik di atas huruf) di atasnya. Tasyidid ini menandakan bahwa huruf tersebut dibaca panjang, dua kali lipat lebih panjang daripada huruf biasa.

Namun, dalam kasus mim dan nun bertasydid, terdapat cara baca khusus yang disebut ghunnah. Ghunnah merujuk pada dengungan yang dihasilkan saat membaca mim dan nun bertasydid. Dengungan ini harus dilakukan selama dua harakat (ketukan) atau kira-kira satu alif.

B. Pembahasan

1. Pengertian Ghunnah

Ghunnah berasal dari kata "ghunna" yang berarti dengung. Ghunnah dalam ilmu tajwid adalah hukum bacaan untuk mim dan nun bertasydid yang dibaca dengan cara didengungkan di pangkal hidung selama dua harakat.

2. Cara Membaca Ghunnah

Cara membaca ghunnah yang paling sempurna adalah dengan mendengungkan mim atau nun bertasydid di pangkal hidung selama dua harakat. Dengungan ini harus dilakukan dengan jelas dan tidak terputus-putus.

Berikut adalah beberapa tips untuk membaca ghunnah dengan baik:

  • Tutup mulut Anda dengan rapat.
  • Tekan udara keluar dari hidung Anda dengan perlahan.
  • Dengungkan mim atau nun bertasydid di pangkal hidung Anda selama dua harakat.
  • Pastikan dengungan Anda terdengar jelas dan tidak terputus-putus.

3. Hukum Membaca Mim dan Nun Bertasydid

Menurut para ulama tajwid, terdapat beberapa hukum membaca mim dan nun bertasydid, yaitu:

  • Ikhfa': Mim atau nun bertasydid dibaca dengan cara didengungkan dan dipadukan dengan suara huruf mad (panjang) yang mengikutinya.
  • Idgham: Mim atau nun bertasydid dibaca dengan cara didengungkan dan dihilangkan, digantikan dengan suara huruf mad (panjang) yang mengikutinya.
  • Ikhfa' Syafawi: Mim atau nun bertasydid dibaca dengan cara didengungkan dan dipadukan dengan suara huruf mad (panjang) yang mengikutinya, namun dengungannya lebih samar dibandingkan dengan Ikhfa' biasa.
  • Istihalah: Mim atau nun bertasydid dibaca dengan cara dipanjangkan seperti huruf mad (panjang) biasa, tanpa dengungan.

Hukum bacaan yang tepat untuk mim dan nun bertasydid tergantung pada huruf yang mengikutinya.

4. Contoh Kata yang Mengandung Ghunnah

Berikut adalah beberapa contoh kata yang mengandung ghunnah:

  • ّمَنْ (manna):
  • رَبَّنَا (rabbana): Tuhan kami
  • جَهَنَّمَ (jahannam): neraka
  • إِنَّ (inna): sesungguhnya
  • هنَّ (hunna): mereka (perempuan)

C. Penutup

Hukum bacaan mim dan nun bertasydid (ghunnah) merupakan salah satu hukum bacaan yang penting dalam Al-Qur'an. Dengan memahami dan mempraktikkan hukum bacaan ini dengan baik, diharapkan pembaca Al-Qur'an dapat terhindar dari kesalahan bacaan dan tafsir.

Daftar Pustaka

  • Al-Quranul Karim
  • Tajwidul Quran
  • Mukhtasarul Awwal

Catatan:

  • Makalah ini hanya sebagai contoh dan dapat dikembangkan lebih lanjut dengan menambahkan informasi dan contoh yang lebih lengkap.
  • Pastikan untuk selalu merujuk pada sumber terpercaya dalam mempelajari hukum bacaan Al-Qur'an.

Belum ada Komentar untuk "Apabila ada huruf mim atau nun yang bertasydid harus dibaca"

Posting Komentar