3 Kisah Orang Baik (Hasan Al Bashri, Ma'ruf Al Karkhi, Malik Bin Dinar)

Edukasi Balbol - Kali ini saya akan menyajikan tulisan tentang 3 kisah orang baik. Dimana artikel ini mengisahkan ulama besar Hasan Basri atau Hasan Al Bashri, Ma'ruf Al Karkhi dan Malik bin Dinar. Artikel ini disadur dari akun resmi putra KH. Maimoen Zubair (Mbah Mun), ulama Kharismatik asal Sarang, Rembang, KH Abdul Ghofur Maimoen.



Kisah tentang orang-orang baik selalu menyenangkan. Banyak orang terinspirasi untuk menjadi baik karena mereka. Selain itu, ulama yang baik adalah gunung, kata Mbah Mun. Mereka menjadikan dunia menjadi tenang tak banyak bergejolak, dan mengokohkan iman banyak manusia dalam menghadapi berbagai cobaan. Berikut ini adalah sejumlah kisah mereka (WalLāhu a’lam):

Kisah orang baik Hasan Al Bashri


Hasan Basri (21—110 H.) memiliki tetangga Nasrani yang jamban rumahnya di lantai atap (suṭḥ). Ia melubanginya sehingga airnya merembes ke rumah Hasan. Hasan meletakkan bejana untuk menampung air yang menetes. Tiap malam ia membuangnya ke luar rumah. Bertahun-tahun ia melakukan itu. Suatu hari Hasan Basri sakit dan tetangganya itu menjenguknya. Ia melihat air yang menetes tersebut.

“Sudah berapa lama engkau menanggung kesabaran atas ini?” kata dia
“Sejak dua puluh tahun lalu” jawab beliau.

Tetangga itu memotong ikat pinggangnya (yang biasa dipakai oleh orang-orang Nasrani) lalu masuk Islam.[1]

Kisah orang baik Ma'ruf Al Karkhi


Ma’ruf Al Karkhi (w. 200 H.), tokoh besar yang menjadi guru para sufi, suatu hari turun ke Sungai Dajlah (Tigris) untuk berwudhu. Ia meletakkan mushaf dan selimutnya. Seorang perempuan (yang kebetulan lewat) mengambilnya. Dia pun mengikutinya. 

“Saya Ma’ruf. Gak perlu takut .. Apakah kamu memiliki anak yang bisa membaca Al Quran?” kata Ma’fuf kepadanya.

“Tidak!”

“Suami (yang bisa membaca Al Quran}?”

“Tidak!”

“Kalau begitu, berikan Mushaf itu kepadaku, dan ambillah selimutnya.”[2].

Kisah orang baik Malik bin Dinar


Malik bin Dinar (w. antara tahun 123 dan 131 H.) adalah salah satu ulama-zahid kesohor. Ia bekerja sebagai penulis Al Quran, dan dari itu ia menghidupi dirinya. “Saya membaca dalam Taurat, orang yang bekerja dengan tangannya maka hidup dan matinya akan baik-menyenangkan (ṭūbā),” katanya. 

Dikisahkan, seorang pencuri memanjat dan masuk ke rumahnya, akan tetapi ia tak dapat menemukan sesuatu apapun yang dapat ia curi. Saat itu, dia sedang salat. Maka, dia mempercepat salatnya lalu berpaling dan mengucapkan salam kepada si pencuri.

“Wahai saudaraku,” kata Malik selanjutnya, “semoga Allah membimbingmu untuk bertaubat. Kamu telah memasuki tempat tinggalku dan tak menemukan apapun yang dapat kamu bawa. Saya tak akan membiarkanmu keluar tanpa membawa faidah!”

Malik bin Dinar lalu bangun dan membawakan bejana berisi air kepadanya.

“Wudhulah dan salat dua rakaat. Kamu akan keluar nanti dengan membawa sesuatu yang lebih baik daripada apa yang kamu cari.”

“Baik .. hormatku untukmu!” jawab Si Pencuri.

Ia mengambil wudhu lalu salat dua rakaat.

“Wahai Malik, bolehkan saya menambah dua rakaat lagi?” kata dia

“Silahkan .. tambahkan apapun yang Allah telah tetapkan untukmu!”

Pencuri itu salat dan salat lagi .. hingga masuk waktu subuh.

“Sekarang, pulanglah sebagai orang yang benar!” kata Malik bin Dinar.

“Wahai tuanku, kamu harus mempersilahkan diriku tinggal bersamamu hari ini. Saya telah berniat puasa hari ini,” kata Si Pencuri.

“Tinggal lah sesukamu!”

Berhari-hari ia tinggal bersama Malik. Ia selalu puasa dan salat. Kemudian saat bermaksud untuk pulang, ia berkata, “Wahai Malik, saya berniat untuk tobat!”. Malik memberi jawaban, “Semua itu ada di tangan Allah SWT.”.

Si Pencuri itu bertaubat dengan baik dan keluar dari rumah Malik. Salah satu rekannya sesama pencuri bertemu dengannya. “Saya menduga kamu mendapatkan harta karun ..” kata dia kepadanya. “Wahai saudaraku, saya mendapatkan Malik bin Dinar. Saya mendatangi (rumah)-nya untuk mencurinya, akan tetapi justru dia yang mencuri diriku. Saya telah bertaubat kepada Allah, dan inilah saya sekarang .. menetapi pintu-Nya, dan tidak akan beranjak hingga saya mendapatkan apa yang telah dicapai para kekasih.[3]

 
Semoga kita sering bertemu dengan orang-orang baik yang menginspirasi, dan semoga saat orang lain bertemu dengan kita, ia terinspirasi oleh diri kita. Kata Nabi Muhammad Saw. kepada Sayyidina Ali Ra, “Sungguh, Allah memberi hidayat kepada satu orang lelaki melalui dirimu .. itu (jauh) lebih baik daripada engkau memiliki unta merah.”[4] 

Keterangan foto:

Ketiga anakku bersama kakeknya yang sangat baik. Semoga anak-anak kita menjadi orang-orang saleh yang kelak memberi syafaat kepada orang tuanya. 

Terimakasih untuk siapapun yang telah mengambil foto-foto ini, juga siapapun yang telah berjasa hingga foto-foto ini sampai ke tangan saya.

[1] Abū Ḥayyān At Tauhīdiyy, Al Imtā’ wal Al Mu`ānasah, hal. 247.
[2] Ibn Al Mulaqqin, Ṭabaqāt Al Auliyā`, hal. 283.
[3] Cerita lebih pendek dengan sedikit versi yang berbeda bisa dilihat di: Syasms ad Dīn al Ḍahabiyy, Tārīkh al Islām wa Wafiyyāt al Masyāhir, juz 3, hal. 490.
[4] Muttafaq ‘alaih.

Belum ada Komentar untuk "3 Kisah Orang Baik (Hasan Al Bashri, Ma'ruf Al Karkhi, Malik Bin Dinar)"

Posting Komentar